Kertayasa berasal dari kata kerta – yasa (Jasa), yang berarti
bersatunya Desa Karangpaci dan Desa Cibuluh yang di satukan oleh Bapak Wedana
Kertawijaya pada tahun 1931. Asal mula adanya Desa Kertayasa berasal dari dua
daerah yaitu Desa Karangpaci dan Desa Cibuluh dengan masing – masing kekuasaan
:
1.
Desa Karangpaci
Membawahi dua kampung yaitu Kampung Karangpaci dan Kampung Bantarkawung.
2.
Desa Cibuluh
Membawahi dua kampung yaitu kampung Cibuluh dan Kampung Bugel
Secara Geografis
Desa Kertayasa ini berada Kecamatan Cijulang, Kabupaten Ciamis dengan luas
wilayah 1.355,610 Ha. Berjarak 4 km dari Ibu Kota Kecamatan, 36 km dari
Pangandaran sebagai kota wisata dan 135 km dari Ibu Kota Kabupaten sedangkan
dari Bandung berjarak 272 Km dengan waktu tempuh 7 jam perjalanan. Desa
Kertayasa ini mempunyai batas-batas administrasi sebagai berikut :
Utara
: Desa Margacinta
Barat
: Desa Cibanten
Selatan
: Desa Cimerak
Timur
: Desa Cijulang
Dilihat dari topografi Desa Kertayasa berupa dataran
tinggi/pegunungan dengan ketinggian ± 75 m dpl. Tekstur tanah yang mendominasi
di daerah ini adalah tanah lempung dengan curah hujan 29314 mm/tahun dengan
suhu rata – rata 32°C.
Desa Kertayasa
terdiri dari 7 (tujuh) dusun yaitu : Dusun Bugel, Dusun Margalulu, Dusun
Cibuluh, Dusun Bantarkawung, Dususn Karangpaci, Dusun Tenjolaya dan Dusun
Merjan. Dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat, Desa Kertayasa dipimpin
oleh seorang Kepala Desa di bantu oleh staffDesa, Kepala Dusun, RT dan RW. Di
wilayah Desa Kertayasa ini terdapat 36 Rtdan 14 RW.
Secara Demografi
penduduk Desa Kertayasa yang tercatat pada tahun 2009 sebanyak 4.109 jiwa
dengan rasio laki – laki dan perempuan cukup seimbang. Jumlah penduduk tersebut
terbagi kedalam 1542 KK, dengan kepadatan Penduduk 0,335 jiwa/km.
Sebagian besar
bermata pencaharian sebagai petani dan atau buruh tani, selain petani mata
pencaharian besar lainnya adalah Pegawai Negeri Sipil dan Peternak. Sebagian
kecil lainnya adalah pedagang, pedagang keliling, sopir dan pelaku pariwisata.
Hampir semuanya di
desa Kertayasa ini merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) dan mayoritas suku
Sunda. Dengan mayoritas pemeluk agama Islam dengan nuansa religi sangat terasa
dan menonjol dalam kehidupan sehari – harinya.
Lembaga pendidikan
yang ada di Desa Kertayasa ini terdapat 8 (delapan) unit lembaga pendidikan dan
2 (dua) unit Taman Kanak – Kanak, serta 3 (tiga) unit Pondok Pesantren dan 3
(tiga) unit Sekolah Dasar.
Itulah sepintas
profile Desa Kertayasa yang terdapat objek wisata yang sudah terkenal hingga ke
mancanegara nama besarnya seakan menenggelamkan nama Desanya sendiri yaitu Desa
Kertayasa. Disinilah Green Canyon berada atau penduduk menyebutnya dengan nama Cukang
Taneuh. Kenapa penduduk menamakannya Cukang Taneuh ? kalau kita lihat dari
sungai dengan menggunakan perahu, maka sebelum masuk ke areal utama objek
wisata akan terlihat seperti goa yang di hiasi oleh stalagnitnya padahal yang
di maksud goa itu sendiri merupakan jembatan yang terbuat dari tanah
(Cukang=jembatan dan Taneuh=Tanah, bhs sunda) menghubungkan dua desa yaitu Desa
Kertayasa dan Desa Cimerak termasuk menghubungkan dua kecamatan yaitu Kecamatan
Cijulang dan Kecamatan Cimerak.
Pada zamannya jembatan
ini di pergunakan penduduk sekitar sebagai jalan pintas menuju ke cimerak
begitupun sebaliknya. Bagi anda yang pernah Body Rafting bersama kami Guha Bau
Body Rafting pasti ada sebagian yang pernah tahu dan melintasinya.
Untuk bisa melihat
atau pingin mencoba melintasinya bisa lewat dermaga II green canyon jalannya
cukup sulit masih terdapat semak belukar dan harus di pandu sebagian terurus
dan sebagian lagi tidak karena daerah di sekitarnya merupakan areal perkebunan
penduduk sekitar.
Setelah melintasi jembatan
tanah ini bisa langsung masuk ke areal utam green canyon jalannya cukup
berbahaya dan terjal jika musim penghujan kondisinya sangat sulit dan licin.
Sampai pada
waktunya seorang asing memberikan nama Green Canyon dan mempopulerkannya sampai
sekarang. Pada masa awal datangnya touris/wisatawan ke sini menggunakan perahu
yang di dayung dan hal tersebut membawa keasikan tersendir, mungkin diantara
pembaca ada yang pernah mengalaminya.
Lembah green canyon
ini memang sangat hijau dan banyak di tumbuhi pepohonan yang besar dan rindang,
aneka binatang hidup di sini kera dan lutung masih bisa di jumpai pada waktu –
waktu tertentu, ular sanca kembang juga masih bisa di temukan di sini walaupun
pada saat ini habitatnya sudah mulai terusik oleh ramainya pengunjung green
canyon. Biyawak juga banyak terdapat disini dan berbagai jenis dan species ikan
tumbuh dan berkembang biak di sungai green canyon ini.
Bagi para
pengunjung yang ingin menikmati green canyon dapat membeli tiket di Dermaga I
dengan durasi waktu satu jam di perahu dan masih bisa menikmati segarnya sungai
green canyon debgan berenang di areal utama green canyon dan akan di pandu oleh
anak buah kapal pesiar dengan durasi waktu satu jam tergantung negosiasi dengan
pemilik perahu.
Bila ingin puas
lagi bermain air dan bercumbu dengan jeram – jeram yang ada di green canyon
bisa dilakukan dengan Body Rafting. Dengan body rafting ini seluruh areal green
canyon dapat dilewati mulai dari start pointnya di Guha Bau sampai dengan areal
utama green canyon yang berjarak 3,5 km dengan durasi waktu standart 4 jam.
Body Rafting
merupakan aktivitas arung jeram dengan mendia tubuh kita yang di lengkapi
dengan jaket pelampung, pelindung kaki, helem, tubuh kita akan merasakan
langsung jeram demi jeram sambil berenang dan akan di pandu oleh beberpa orang
pemandu dan rescue. Peserta akan di arahkan dan di pandu ketika akan memasuki
jeram termasuk trik dan tehniknya menghadapi jeram. Sensasinya luar biasa
sekaliadrenalin kita akan di bawa sampai puncaknya, sesekali jika debit air
tinggi peserta body rafting akan di bawa sedikit climbing.
Perjalanan body
rafting ini akan di mulai dari checkpoint di sekretariat Guha Bau yaitu di
parkir Timur Dermaga Cukang Taneuh (green Canyon), peserta akan di bawa
menggunakan angkutan pickup menuju startpointnya di Guha Bau (Goa, baunya dari
kotoran kelelawar) selama 20 menit perjalanan dari sekretariat Guha Bau. Selama
perjalan dari sekretariat guha bau peserta akan di suguhi oleh pemandangan khas
alam pedesaan. Pemandangan pertama yang di lihat adalalah gapura selamat datang
bagi peserta Body Rafting kemudian di sambut oleh perumahan penduduk dan sawah.
Pada musim membajak sawah akan melihat para penduduk yang sedang bertani
menggarap sawahnya atau jikalau pading sudah menguning akan di suguhi oleh
pemandangan kuningnya sawah yang membentang, akan terasa suasana pedesaannya
apabila memasuki musim panen. Kemudian akan melewati gerbang kedua menuju
startpoint di guha bau, disini akan melewati perkebunan penduduk termasuk
peternakan tradisional penduduk sekitar.
Sebelum sampai ke
startpoint kita bisa menikmati indahnya puncak bukit dengan turunannya yang
lumayan tajam. Sampai di saung persinggahan untuk ke dua kalinya peserta Body
Rafting di periksa kesiapan peralatannya, jalan menurun melewati perkebunan
penduduk yang di tumbuhi pohon – pohon rindang membawa sensasi lain. Dari saung
persinggahan menuju startpoint di depan guha bau menempuh waktu 20 menit. Suara
burung atau kera/lutung dan ayam hutan akan menghiasi perjananan.
Sesampainya di
bawah di bibir sungai suasana adventure akan terasa dinding tebing
yang
menjulang tinggi dan mulut goa/guha bau akan menyambut siapa saja peserta body
rafting. Terakhir sebelum turun ke sungai akan di periksa kembali kesiapannya
termasuk pengarahan yang akan di sampaikan oleh pemandu. Setelah itu peserta
Body Rafting akan langsung di turunkan ke sungai satu persatu dengan cara
melompat dari depan Goa/Guha Bau. Setelah itu semua peserta akan di pandu
hingga akhir di areal utama green canyon.
Potensi lain yang
akan di kembangkan di tempat ini adalah areal camping ground, outbound,
tracking, dan tracking sepeda. Hal tersebut di harapkan menjadi sarana
penunjang dari objek intinya yaitu Body Rafting. Dukungan dari pemerintah
terutama lewat Dinasa ataupun Kementrian pariwisata sangan kami harapkan
sekali, projek awal dari Body Rafting Guha Bau ini berasal dari dana bantuan
PNPM pariwisata. Eksistensinya masih terasa sampai sekarang dan perkembangannya
sangan signifikan. Basis dari pengembangan ini adalah pemberdayaan masyarakat,
dengan adanya Body Rafting ini bisa lebih memberdayakan para pemuda dan
masyarakat sekitarnya sebagian ada yang menjadi pemandu body rafting, para
pemilik angkutan pickup termasuk secara tidak langsung menghidupkan usaha
lainnya.
Jika dilihat dari
prosentasinya memang masih terlalu kecil penyerapan tenaga kerja di body
rafting ini apabila ada pengembangan lebih lanjut lagi tidak menutup
kemungkinan seluruh masyarakat Desa Kertayasa dapat menikmati hasil dari dari
pariwisata ini. Selain hal tersebut diatas Desa Kertayasa masih memiliki
potensi lainnya yang dapat dikembangkan yaitu Seni kerajinan tangan khas tatar
pasundan, kuliner, perikanan, pertanian semuanya dapat di kemas menjadi produk
wisata termasuk seni budayanya juga harus ikut diangkat.
Padakesempatan lain
akan kami kupas secara khusus tentang seni budaya, dan kuliner juga seni
kerajinan tangan ataupun perkakas dan perlengkapan tradisional suku sunda di
Desa Kertayasa.
Sumber : BUMDes
Desa Kertayasa